| ”Kepada mereka yang pulang ke RRT meninggalkan tragedy tanpa tujuan ini, aku mengucapkan, bukan
saja selamat jalan, tetapi juga selamat, karena telah pilih negeri dimana kerja dihargai, kerja menjadi dasar daripada moral, dimana kepribadian diciptakan melalui kerja, bukan melalui mimbar dan radio parade dan show.” "Terimalah jabatan tanganku.Kita tak bakal lupakan apapun dalam hidup kita ini,dan kita akan sampaikan catatan kita pada anak-cucu kita,pada SEJARAH. (Pramoedya Ananta Toer "HOAKIAU DI INDONESIA" P.278.) 23 Juli 1960 aku bergabung dengan rombongan murid murid sekolahan JPP ,Bazhong,Huazhong Jakarta meningalkan Indonesia menuju negeri leluhur Zhong Guo. Kala itu aku sudah berusia 23th. Aku tandaskan ini, karena dibanding dengan pelajar pelajar lainnya kala itu, aku termasuk "lansia". Hati kami amat excited bergelora, sumangat berkobar menyala. Dengan derapan langkah kaki, diiringi lagu lagu dan irama mars Rusia “ Taswitania Mama”(Goodbye Mom), kami akhirnya meninggalkan nyiur melambai tanah tumpah darah tercinta, memilih dan menuju negeri leluhur. Pelayaran Jakarta - Guang Zhou memakan waktu tujuh hari tujuh malam. Suasana diatas kapal sangat kontras. Suara ratapan sedu sedan bercampur dengan nyanyian dan gelak tertawa. Kami tiba dan mendarat di Guang Zhou, beberapa hari kemudian kami diangkut ke kota Guiyang, ibu kota daerah otonom Gui Zhou. Demikianlah kami mulai hidup baru.
( To be continued ) |
|